OKESINERGI.COM-Pertemuan ini tidak hanya sebatas wacana media digital. Ini adalah awal dari sebuah gerakan kebudayaan, dakwah, dan pendidikan Islam berbasis lokal. (Minggu, 13 April 2025)
Mentari siang telah beranjak condong ke barat. Suasana di sepanjang Jl. Raya Padang - Bukittinggi tampak hangat dan sibuk. Kendaraan lalu-lalang, sebagian melambat saat melewati kawasan Lubuk Alung. Di antara deretan bangunan yang berjajar, berdirilah sebuah tempat yang menjadi saksi awal dari sebuah gerakan besar: Lega 2 Bistro, kafe dengan arsitektur perpaduan modern dan etnik Minang, nomor 48.
Pukul 14.45 WIB, suasana di dalam kafe terasa berbeda dari biasanya. Aroma kopi arabika khas Minang dan sajian ringan menyambut para tamu yang hadir dalam sebuah pertemuan bersejarah: Pembentukan Kanal YouTube, Streaming Digital, dan Siaran Lokal Berbasis Komunitas bertema Branding Konten dan Desain untuk TV Syaikh Burhanuddin dan Warisan-Warisannya.
Dalam hal ini Sejumlah tokoh penting berkumpul. Di antara mereka, sosok yang menjadi sentral adalah Prof. DR. H. Duski Samad, M.Ag, Ketua Yayasan dan Penanggung Jawab penuh dari inisiatif ini. Dikenal sebagai akademisi kharismatik dan orator ulung, beliau hadir dengan jubah putih sederhana, membawa aura keilmuan dan ketegasan.
Di sampingnya, dua tokoh yang tak kalah penting duduk menyimak dan berdiskusi hangat: DR. Roni Faslah, sang Pimpinan Redaksi, dan Damanhuri Tuanku Mudo, SH, tokoh muda karismatik yang dikenal sebagai aktivis sosial dan budaya Minangkabau.
Tak ketinggalan hadir pula sejumlah nama yang membawa peran strategis:
Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd, C.CT, Redaksi Pelaksana yang juga dikenal aktif dalam kegiatan literasi dan pengarsipan digital.
Rahmat Hidayat, S.Pd, pakar IT dan pengembang web lokal yang sudah lama berkiprah dalam penguatan sistem dakwah digital.
Syahrul Mubarak Tuanku Bandaro Aulia, SH, tokoh muda dalam bidang dakwah dan kajian Islam, khususnya yang berkaitan dengan tarekat dan warisan Sufi di Sumatera Barat.
Robi Irawan Tuanku Mudo, S.Pd, yang bertanggung jawab dalam pengembangan bisnis dan kemitraan, menjembatani aspek ekonomi dan keberlanjutan kanal ini.
Dan hadir pula Ketua Prodi dari Universitas Nahdhatul Ulama Sumatera Barat (UNU Sumbar), sebagai wakil dari unsur akademik yang akan menjadi bagian penting dalam konten edukatif.
Membuka Lembaran Baru: Kajian dan Gagasan
Acara dimulai dengan santai namun sarat makna. Meja panjang dipenuhi berkas-berkas konsep desain, laptop, dan beberapa sketsa rancangan logo bertema Syaikh Burhanuddin. Aroma kopi dan gurihnya gorengan lokal melengkapi suasana diskusi.
Prof. Duski Samad membuka pembicaraan dengan sebuah pertanyaan reflektif: "Apakah kita sudah benar-benar mengenal Syaikh Burhanuddin lebih dari sekadar nama pada kalender hari libur atau festival ziarah tahunan?
Pertanyaan itu memicu gelombang diskusi yang mendalam. Titip Elyas, yang sejak lama meneliti naskah-naskah tua tentang jejak keulamaan di Ulakan, menjelaskan bagaimana warisan keilmuan Syaikh Burhanuddin tak hanya terhenti di tahlil dan tabarruk, tetapi mencakup pembaharuan pemikiran Islam dalam konteks adat basandi syara', syara' basandi kitabullah.
Syahrul Mubarak menimpali dengan kisah tentang bagaimana masih banyak masyarakat yang mempraktikkan tradisi keagamaan, namun lepas dari pemahaman fikih dan akidah Islam. "Kita butuh kanal yang tidak hanya menghibur, tetapi mencerahkan dan membimbing dengan santun," ujarnya
Sementara itu, DR. Roni Faslah menggarisbawahi pentingnya branding dalam menghadirkan konten. "TV Syaikh Burhanuddin bukan sekadar siaran, tetapi harus menjadi ekosistem yang mampu menghidupkan kembali semangat intelektual, spiritual, dan sosial ulama besar kita," katanya dengan penuh semangat
Merancang Identitas: Logo, Warna, dan Format Siaran
Rahmat Hidayat membuka laptopnya, menampilkan mock-up awal tampilan kanal YouTube dan situs resmi. Warna dominan biru toska dan emas dipilih untuk merepresentasikan kesejukan sufisme dan kemuliaan keilmuan. Sebuah logo sederhana namun bermakna ditampilkan
"Kita akan buat beberapa segmen," jelas Robi Irawan. "Ada kanal khusus untuk kajian kitab, dokumenter warisan ulama, kisah ziarah, ekonomi berbasis pesantren, hingga talkshow lintas generasi."
Semua sepakat bahwa konten tidak boleh monoton. Damanhuri mengusulkan adanya kolaborasi lintas daerah dan lintas pesantren, agar siaran ini benar-benar menjadi milik komunitas, bukan kelompok terbatas.
Ketua Prodi dari UNU Sumbar menyatakan kesiapan kampus untuk menyediakan narasumber, studio mini, bahkan mahasiswa sebagai relawan produksi. "Inilah bentuk pengabdian kampus untuk masyarakat," katanya lugas.
*Menembus Masa: Visi Digitalisasi Warisan*
Diskusi kemudian mengerucut pada satu tujuan besar: digitalisasi dakwah dan warisan lokal. Prof. Duski Samad kembali menegaskan bahwa ini bukan hanya proyek media, melainkan gerakan kebangkitan. "Jika Syaikh Burhanuddin mampu mengislamkan Minangkabau ratusan tahun lalu, maka kita pun harus bisa mengislamkan kembali generasi digital hari ini," ucapnya lantang.
Ia juga menyampaikan rencana jangka panjang: pendirian pusat dokumentasi digital, pelatihan konten kreator pesantren, hingga program literasi media untuk santri dan masyarakat umum.
Setiap peserta diminta menyampaikan pendapat dan pernyataan dukungan. Titip Elyas mengatakan, "Ini bukan sekadar kerja, ini jihad kultural dan dakwah yang mendesak." Rahmat menambahkan bahwa kanal ini akan menjadi ladang pahala jika dikelola secara amanah dan profesional.
*Pernyataan Bersama dan Penutup*
Menjelang pukul 16.00 WIB, pertemuan mencapai puncaknya. Semua yang hadir sepakat untuk menandatangani "Nota Kesepahaman Komunitas TV Syaikh Burhanuddin", sebagai wujud komitmen bersama. Dalam nota tersebut tercantum empat misi utama:
1. Membangun kanal dakwah digital berbasis komunitas dan warisan lokal.
2. Mengembangkan konten edukatif dan inspiratif berdasarkan nilai-nilai Islam dan budaya Minangkabau.
3. Melestarikan warisan keulamaan Syaikh Burhanuddin melalui dokumentasi dan siaran.
4. Mengintegrasikan teknologi informasi untuk memperluas jangkauan dakwah dan pendidikan.
Prof. Duski Samad menutup acara dengan sebuah kalimat yang menggugah, "Kita bukan sedang membuat media, kita sedang membangun peradaban. Semoga Allah meridai langkah kecil ini menjadi jalan bagi kebangkitan Islam berbasis kearifan lokal."
Kamera pun mulai mengabadikan momen kebersamaan. Semua peserta berdiri, tersenyum, dan mengangkat tangan membentuk simbol “peace” dan “satu jari”—tanda persatuan dan visi tunggal. Satu per satu wajah-wajah bercahaya tergambar dalam bingkai digital yang akan menjadi sejarah.
Pukul 16.20 WIB, pertemuan resmi ditutup. Namun, di hati setiap yang hadir, api semangat telah menyala. Mereka tidak pulang sebagai individu biasa, tapi sebagai pembawa obor sebuah revolusi sunyi: revolusi spiritual dan digital warisan Syaikh Burhanuddin.